KETIKA KATA-KATA ANIES BERUBAH-UBAH, JANJI DP NOL PERSEN KEMUDIAN DIUBAH MENJADI NOL RUPIAH



Pakar gagasan dan kata-kata, begitulah mungkin sebutan yang pantas disematkan kepada Calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.



Hal ini tidak perlu kita sanggah karena memang Anies datang dengan mengidentikan dirinya dengan gagasan dan kata-kata. Itulah mengapa kata perang gagasan muncul di Pilkada kali ini.

Anies bahkan menyerang paslon lain yang mementingkan kerja dibandingkan kata-kata.

Bagi Anies, gagasan dan kata-kata adalah hal penting dan mendahului kerja. Menurut Anies, kata-kata dibutuhkan seorang pemimpin untuk mengomunikasikan gagasan yang dia miliki kepada warganya. Dengan demikian, pelaksanaan program kerja di lapangan dapat berlangsung dengan lancar.

“Orang yang menganggap kata-kata tidak penting, bahaya sekali. Kata-kata untuk menarasikan gagasan. Ada arah, ada narasi, ada hasil,” kata Anies.

Hal ini memang terbukti menjadi kekuatan Anies. Hanya dengan gagasan dan berkata-kata, Anies mampu membius semua orang. Bak Mario teguh, Anies memukau warga Jakarta dengan narasi dari gagasannya yang membuai. Walau pada akhirnya kita tidak sadar sedang dipermainkan oleh kata-kata.

Anies dengan tegas dan yakin, mengungkapkan pentingnya kata-kata ini dalam debat pertama. Anies bahkan mengkritik cagub nomor dua Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama yg dinilainya kerap mengesampingkan pentingnya penyampaikan kata-kata.

Dia mencontohkan Proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia Soekarno yg dinilainya sangat mementingkan kata-kata.

“Karena itu, Pak Basuki jangan hanya kerja, kerja, kerja, tapi juga harus dengan kata-kata dan gagasan. Bung Karno pernah bilang banyak bekerja banyak bicara. Jangan banyak bekerja tanpa bicara.”

“Hargai kata-kata untuk membangun manusia. Kalau Anda meremehkan kata-kata, Anda memecah belah warga Jakarta,” kata Anies.

Perkataan Anies tidak ada yang salah, tetapi saya pikir semua harus dikembalikan kepada teladan masing-masing.

Anies yang pakar gagasan dan kata-kata sudah bagaimana integritasnya dalam bergagasan dan berkata-kata?? Apakah Anies memang sudah memperhatikan setiap perkataannya?? Atau hanya asal bernarasi dan akhirnya memecah belah Jakarta??

Hal ini menjadi penting bagi saya untuk mengingatkan Anies dan warga Jakarta akan bahayanya permainan kata-kata. Kita bisa tertipu dan terbius tanpa sadar telah memilih orang yang salah dalam berkata-kata.

Orang yang ternyata sedang menyembunyikan sesuatu dalam kata-katanya, atau orang yang sudah tahu salah berkata malah mengelak dengan permainan kata-kata.

Anies yang pakar berkata-kata paling jago dalam hal mengelak setiap perkataannya. Itulah mengapa tidak heran Anies bermulut manis pada siapa saja dan pada kubu mana saja.

Baru-baru ini, bahaya kata-kata Anies kembali terjadi. Anies yg kena tegur oleh Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, tentang penyediaan rumah dengan DP 0 persen, langsung berkilah dan melakukan permainan kata-kata. Seperti menganggap kita ini semua bodoh dan gampang dibodoh-bodohi, Anies menyangkal pernyataan Gubernur BI.

“Bukan nol persen, enggak ada DP nol persen. DP nol rupiah, Kalau DP nol persen enggak boleh,” ujar Anies usai jenguk istri patwalnya selama Pilkada, yang baru melahirkan di RS. Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat 17 Februari 2017.

Anies menegaskan, bahwa konsep kredit rumah dengan DP nol rupiah tidak menyalahi aturan. Hal itu sudah sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 18/16/PBI/2016 tentang Rasio Loan To Value untuk Kredit Properti,Rasio Financing To Value Untuk pembiayaan properti, dan uang muka untuk kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor.

“Kecuali bila itu program pemerintah daerah. Ada pasalnya di situ, pasal 17. Peraturan Bank Indonesia nomor 18/16/ PBI/2016. Nanti Anda lihat di pasal 17,” ujarnya.

Apa yang dikatakan Anies tidak salah dan sesuai dengan peraturan. Lalu apa yang salah?? Yang salah adalah, Anies mengubah kata-katanya!

Bukankah diawal bukan DP Rp. 0?? Lalu mengapa Anies mengubah kata-katanya?? Bukankah kata-kata itu penting dan menjadi identitas Anies??

Berikut adalah janji Anies pada saat kampanye di Gelanggang Remaja Rawamangun Jalan Pemuda No. 06 Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Kamis (19/1/2017).

“Nah kita akan menyiapkan program di mana warga Jakarta bisa memiliki rumah secara kredit dengan DP nol persen. Kita akan menggunakan fasilitas bank untuk bisa menggunakan Bank DKI,” ujarnya.

“Dan sudah dibuatkan mekanisme pengaturan dengan mereka menggunakan tabungan. Jadi menabung dulu di bank selama 6 bulan yang tabungannya bisa nilainya sampai 10 persen, dari situ dihargai sebagai pengganti DPnya,” tambahnya.

Anies juga mengatakan itu saat berkampanye di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, pada Kamis, 2 Februari 2017.

“Nanti kita akan gunakan Bank DKI untuk menjadi bank penyedia rumah dengan DP nol persen. Rumahnya tidak akan disiapkan oleh pemerintah. Rumahnya adalah seperti kita mau beli rumah yang lain. Mengajukan KPR, KPR-nya di Bank DKI,” ujarnya.

Pernyataan Anies tegas bahwa rumah ini adalah dengan DP nol persen. Tetapi sekarang diubah lagi dengan DP Rp. 0. Entah apa bedanya atau apa maksudnya saya juga tidak paham. Tetapi perubahan kata dari DP nol persen menjadi DP Rp. 0 adalah sebuah hal yang berbahaya.

Saya perlu ingatkan lagi apa yang disampaikan oleh Anies, bahwa orang yang menganggap kata-kata tidak penting sangat berbahaya sekali. Karena gagasan dikomunikasikan melalui kata, dan kata diimplementasikan melalui kerja.

Nah, bagaimana kalau kata-katanya membingungkan dan tidak menggambarkan gagasan sebenarnya?? Rusaklah sudah kerja ke depannya.

Anies sebagai orang yang menghargai kata-kata, seharusnya berhati-hati dalam berkata-kata. Sekarang warga dan Gubernur BI pun akan bingung dengan pernyataannya. Mana yg benar?? DP nol persen atau DP Rp. 0??

Janganlah bernarasi tapi tidak tahu maknanya. Anda yang bernarasi bingung, orang lain pun ikut bingung.

Kalau sudah begini, bagaimana Jakarta mau dibawa 5 tahun ke depan?? Dengan bernarasi terus tanpa tahu makna yang mau dikatakan?? Kata-kata dirangkai tanpa tahu maksud kata tersebut (Contoh DP nol persen)??

Beginilah gambaran ke depan Anies kalau menjadi Gubernur. Repot kita berdebat terus dengan kebijakan-kebijakannya. Semua kata dipermainkan, kerja pun tidak ada. Maukah Ibukota dipimpin Gubernur seperti ini?? Saya tidak sudi.

Salam Kata-Kata.


By: Palti Hutabarat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesabaraan pemuda batak sedang di uji ormas radikal, pemuda batak bersatu melawan perusak tatanan budaya batak.

Resmi!! Megawati Sudah Putuskan PDIP Dukung Ahok

Ketika Jokowi ‘Gila’ dan Ahok ‘Bajingan’, Skenario Singapura atas Indonesia Gagal